Apa yang sebenarnya sedang kita kerjakan?
Selama ini anda adalah seorang pembohong.
yang selama ini anda kira adalah rekan kerja anda, anda bekerja bersama-sama, nyatanya yang anda lakukan hanya duduk bersama mereka selama 9-10 jam setiap hari.
Banyak penelitian mengatakan, bahwa para karyawan sesungguhnya hanya menggunakan setengah dari jam kerja mereka untuk benar-benar bekerja. sisanya digunakan untuk bersosialisasi, makan, gibah, mengeluh, menulis e-mail, chatting, membuka-buka situs internet (yang menurut anda adalah refrensi / inspirasi), minum kopi, melamun, bahkan ke kamar kecil lebih lama dan lebih sering dari yang dibutuhkan untuk memperlama jam istirahat.
Seluruh karyawan hanya mengerahkan 50% kemampuannya, kenapa demikian? karena hampir semua pekerja kantoran melakukannya, mulai dari cleaning service, hingga CEO.
Kenapa hal ini bisa terjadi?
Ini semua karena apa yang dinamakan "bekerja" tidak pernah diajarkan saat kita sekolah dulu, kita hanya dikenalkan profesi-profesi dari sebuah pekerjaan, namun esensi dari kata "bekerja" kita dapatkan dari tempat lain, yang bisa jadi memberikan interpretasi berbeda pada setiap orang.Apakah Arti Sesungguhnya dari Bekerja? Menjadi Produktif.
Itulah sebenarnya alasan utama perusahaan membayar anda, anda didalam perusahaan ada untuk memberikan lebih banyak penghasilan bagi perusahaan itu daripada yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada anda. Kontribusi anda harus lebih besar dari gaji anda. benar begitu?
Anda melakukan pekerjaan itu bukan dengan berlambat-lambat melainkan dengan cepat, efisien, dan hemat biaya. Anda mengetahui bahwa anda sudah bekerja saat anda beristirahat, berkeringat, dan merasa lelah melakukan hal tersebut.
Anda hanya bekerja cukup keras sehingga tidak dipecat oleh perusahaan.
Disisi lain perusahaan berusaha membayar anda dengan gaji secukupnya sehingga Anda tidak sampai berhenti. Bahkan perusahaan kadang tidak pernah benar-benar bekerja keras setiap tahunnya seperti yang tertulis didalam laporan tahunan.Laporan hanya sebuah data manipulatif yang dibuat agar perusahaan terlihat lebih meyakinkan dihadapan public maupun klien / customer. Karena sangat tidak mungkin jika perusahaan -- yang ada anda dan teman-teman anda yang malas tadi -- menuliskan keburukannya sendiri, Bos bisa marah besar kepada manager, manager marah kepada, Team Leader, dan berakhir kepada anda.
Bagaimana hal ini bisa terjadi?
Hal ini terjadi karena selama bertahun-tahun sistem penilaian selalu berfokus kepada proses bukan kepada prestasi. (setidaknya ini pendapat saya pribadi). Bahkan kadang perusahaan memberikan penghargaan kepada hal-hal yang kurang tepat.Fokus yang tidak tepat.
Selama bertahun-tahun perusahaan menggunakan metode to-do-list. Apakah anda pernah menggunakannya? saya yakin pernah, karena ini adalah alat yang diciptakan untuk membuat seorang berfokus dan merencanakan, namun yang terjadi ternyata justru sebaliknya. Banyak karyawan salah kaprah.
to-do-list menurut saya cukup membantu bagi orang yang paham cara menggunakannya, namun jika hanya sekedar mengikuti perintah atasan, to-do-list tidak lebih dari sebuah pemborosan waktu dan pembunuh produktifitas.
Semua atasan senang melihat karyawan sibuk.
Sehingga mereka tertantang untuk selalu dapat memenuhi dan menambah isi dari to-do-list tersebut, sehingga tidak ada waktu sedikitpun untuk karyawan menganggur, padahal ini cara kepemimpinan yang salah dan ciri otoriter versi saya.Terlihat sibuk tidaklah begitu penting apabila kantor anda tidak terlihat dan tidak bersentuhan langsung dengan customer. Menjadi suatu yang berbahaya apabila customer melihat karyawan anda bersantai-santai ria, padahal customer tersebut sedang menantikan layanan yang anda berikan. Namun apa bila customer tidak dapat melihat anda, maka seberapa sibuknya anda tidak mungkin menjadi ukuran yang tepat menilai seberapa banyak pekerjaan yang telah dilakukan.
Jangan ukur kesibukan, jangan mengukur aktivitas, ukurlah prestasi
Mark it done.
Ayo, coba geser sedikit cara pandangmu, singkirkan penilaian tentang "hal-hal yang harus dilakukan", sebaliknya buat tulisan "Hal-hal yang harus diselesaikan". Jujur, saya lebih tertarik pada hal-hal yang dapat saya selesaikan sehingga saya dapat membuat skala prioritas dan bekerja sangat keras untuk mengatur waktu agar seluruh pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Apa bedanya?
ada perbedaan besar antar pola pikir yang diciptakan oleh kedua daftar yang berbeda itu. Kalo anda masih menggunakan "Daftar yang harus anda lakukan" sesungguhnya ya hal tersebut tidak memacu anda dan terkesan menunggu tugas yang akan diberikan, sehingga bos anda akan memeras otaknya untuk selalu memberikan tugas kepada anda, hal ini justru adalah pola kerja yang salah, dan menciptakan pekerjaan-pekerjaan ajaib yang seharusnya tidak anda lakukan dan ada diluar jobdesk anda.
Sebaliknya, dengan "Daftar yang harus anda selesaikan" anda terpaksa untuk melakukan evaluasi-evaluasi pada tugas-tugas yang harus diselesaikan, lalu anda memilah-milahnya menjadi hal yang harus anda kerjar duluan (prioritas) dengan hal yang tidak terburu-buru namun dapat diselesaikan dengan mudah. Kemudian dengan waktu yang anda miliki, anda berusaha menyelesaikan yang mana duluan.
Mengelola waktu itu menghabiskan waktu.
Waktu yang harusnya anda gunakan untuk mengelola waktu adalah waktu yang seharusnya digunakan untuk melakukan hal-hal lain. contohnya untuk menyelesaikan hal-hal yang harus diselesaikan. saya akan menuliskan hal ini dalam artikel terpisah. Good Night. :)
Apakah Artikel Ini Bermanfaat?
Ayo, Dukung Mas Lanang supaya rajin ngonten bikin Tips and Trik atau artikel seputar ✅Digital Marketing, ✅SEO, ✅Desain, ✅Sosial Media